Minggu ini, Sapariah dan aku sempat diskusi soal judul buku aku yang versi Indonesia. Bahasa Inggrisnya sudah jelas, From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism. Kata "debunking" itu dapatnya dari sebuah paper Benedict Anderson soal masalah nasionalisme disini. Menurut Anderson, cara memperbaiki kinerja negeri ini adalah mula-mula dengan "debunking" pemahaman soal nasionalisme.
Mark Hanusz dari Equinox usul pakai frasa "Sabang-Merauke" mengingat frasa ini terkenal sekali bahkan dalam kosakata bahasa Inggris. Maka aku pun mengabungkan dua kata itu ke dalam judul buku.
Kini buku versi Indonesia mau pakai judul apa? Sekedar menterjemahkan versi Inggris? Atau memberinya sebuah nama baru yang beda dengan versi Inggrisnya?
Thursday, March 15, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Wah, jangan sekedar diterjemahkan versi Bahasa Inggrisnya. Kalau ditulis dalam Bahasa Indonesia, pembaca diasumsikan orang Indonesia, dan harusnya apa yang ingin disampaikan tidak sama persis dengan yang Bahasa Inggris, bukan?
Terjemahan memang tak harus literal, harfiah. Bisa saja digarang-garangkan menjadi "Membongkar Tahayul Nasionalisme Indonesia".
Kalau kurang panjang, "Membongkar Tahayul, Bid'ah, Churofat (TBC) Nasionalisme Indonesia. Ini, tentu, slogan dan laku Muhammadiyah tempo dulu yang nyatanya tak berhasil itu. TBC tetap lestari.
Dan, saya kira, kerak-kerak tahayul nasionalisme Indonesia tak akan resik betul hanya karena sapuan tuturan dalam buku ini kelak.
Post a Comment