Tuesday, March 23, 2010

.


“Apa yang dirintis orang tua memang hilang: harta, rumah, tanah. Tapi ini tidak menggoyahkan iman kami ....
Iman kami tidak goyah
."

Nur Hidayati gadis Sasak 20 tahun,
hidup delapan tahun di pengungsian karena
rumah orang tuanya, warga Ahmadiyah,
dibakar di Pulau Lombok

Para pengungsi Ahmadiyah di Transito, satu bangunan pemerintah di Mataram. Ukuran tempat tinggal mereka adalah dua meja per keluarga. Dapur ada di luar ruang. Mereka punya tanah dan rumah di Gegerung, Ketapang, namun tak bisa menempati hak tersebut .
-- Photo by Lexy Rambadeta

Obama Has the Power to Help Papua
Young Barack Obama noticed his stepfather’s great unease and silence about his one-year military service in New Guinea. Obama has the power to "the weak man."

Ahmadiyah, Rechtstaat dan Hak Asasi Manusia
Selama satu dekade warga Ahmadiyah di Pulau Lombok diusir dari satu desa ke desa lain. Bagaimana melihat pelanggaran hak asasi manusia ini dari kenegaraan Indonesia?

Papuan activist Filep Karma is serving a 15-year sentence for raising the Papuan Morning Star flag in December 2004 in Jayapura. He is now awaiting his prostate surgery.
-- Photo by Audryne Karma

Kekerasan Berakar di Kalimantan Barat
Lebih dari 70 warga Pontianak dan Singkawang mengeluarkan Seruan Pontianak, minta agar warga berhati-hati dengan tradisi kekerasan di Kalimantan Barat.

Clinton's Chance to Push Beyond Cliche
Hillary Clinton should be careful not to say that Muslims in Indonesia are “moderate” as for members of persecuted religious groups in Indonesia, it is a useless and inaccurate cliche.

Dari Sabang Sampai Merauke
Berkelana dari Sabang ke Merauke, wawancara dan riset buku. Ia termasuk tujuh pulau besar, dari Sumatera hingga Papua, plus puluhan pulau kecil macam Miangas, Salibabu, Ternate dan Ndana.

Training Ganto di Padang
Lembaga media mahasiswa Ganto dari Universitas Negeri Padang bikin pengenalan investigative reporting. Ada 46 mahasiswa dari dari berbagai kota Sumatera plus Jawa dan Makassar.

Homer, The Economist and Indonesia
Homer Simpsons read the dry Economist magazine in a First Class flight. Homer talked about "Indonesia" ... and later The Economist used the Simpsons joke to describe ... Indonesia.

Bagaimana Meliput Agama?
Dari Istanbul dilakukan satu seminar soal media dan agama. Dulunya Constantinople, ibukota kerajaan Romawi Timur, hingga direbut kesultanan Ottoman pada 1453.

Sebuah Kuburan, Sebuah Nama
Di Protestant Cemetery, Penang, terdapat sebuah makam untuk James Richardson Logan, seorang juris-cum-wartawan, yang menciptakan kata Indonesia pada 1850.

Makalah Criminal Collaborations
S. Eben Kirksey dan saya menerbitkan makalah "Criminal Collaborations?" di jurnal South East Asia Research (London). Ia mempertanyakan pengadilan terhadap Antonius Wamang soal pembunuhan di Timika.

Moedjallat Indopahit
Satu majalah didisain sebagai undangan pernikahan. Isinya, rupa-rupa cerita. Dari alasan pernikahan hingga kepahitan sistem kenegaraan Indonesia keturunan Majapahit.

Struktur Negara Federasi
Rahman Tolleng bicara soal struktur federasi di Indonesia. Kuncinya, kekuasaan ditaruh di tangan daerah-daerah lalu diberikan sebagian ke pusat. Bukan sebaliknya, ditaruh di pusat lalu diberikan ke daerah: otonomi. Bagaimana Republik Indonesia Serikat?

Media dan Jurnalisme
Saya suka masalah media dan jurnalisme. Pernah juga belajar pada Bill Kovach dari Universitas Harvard. Ini makin sering sesudah kembali ke Jakarta, menyunting majalah Pantau.

The Presidents and the Journalists
In 1997, President Suharto lectured editors to have "self-censorship." Now President Susilo Bambang Yudhoyono also lectured about "self-censorship." What's wrong?

Burrying Indonesia's Millions: The Legacy of Suharto
Suharto introduced a "business model" for soldiers and businessmen. He built ties to merchants Liem Sioe Liong and Bob Hasan, accummulating immense wealth while using violence to repress dissension.

Kronologi Pengasuhan Norman
Norman kekurangan waktu belajar, istirahat dan bermain sejak dipindahkan ibunya dari Pondok Indah ke Bintaro. Jarak tempuh ke sekolah 120 km pergi-pulang. Ini ibu celaka. Child abuse adalah isu publik.

Polemik Sejarah, Pers dan Indonesia
Kapan "pers Indonesia" lahir? Apa 1744 dengan Bataviasche Nouvelles? Apa 1864 dengan Bintang Timoer di Padang? Soerat Chabar Betawie pada 1858? Medan Prijaji pada 1907? Atau sesuai proklamasi Agustus 1945? Atau kedaulatan Desember 1949?

Murder at Mile 63
A Jakarta court sentenced several Papuans for the killing of three Freeport teachers in August 2002. Why many irregularities took place in the military investigation and the trial? What did Antonius Wamang say? How many weapons did he have? How many bullets were found in the crime site?

Protes Melawan Pembakaran Buku
Indonesia membakar ratusan ribu buku-buku pelajaran sekolah. Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia, maupun Hindia Belanda, dimana buku sekolah disita dan dibakar.

Indonesia: A Lobbying Bonanza
Taufik Kiemas, when his wife Megawati Sukarnoputri was still president, collected political money to hire a Washington firm to lobby for Indonesian weapons. This story is a part of a project called Collateral Damage: Human Rights and US Military Aid

Hoakiao dari Jember
Ong Tjie Liang, satu travel writer kelahiran Jember, malang melintang di Asia Tenggara. Dia ada di kamp gerilya Aceh namun juga muncul di Rangoon, bertemu Nobel laureate Aung San Suu Kyi maupun Jose Ramos-Horta. Politikus Marrissa Haque pernah tanya, “Mas ini bekerja untuk bahan tulisan atau buat intel Amerika berkedok ilmuwan?”

State Intelligence Agency hired Washington firm
Indonesia's intelligence body used Abdurrahman Wahid’s charitable foundation to hire a Washington lobbying firm to press the U.S. Congress for a full resumption of military assistance to Indonesia. Press Release and Malay version

From the Thames to the Ciliwung
Giant water conglomerates, RWE Thames Water and Suez, took over Jakarta's water company in February 1998. It turns out to be the dirty business of selling clean water.

Bagaimana Cara Belajar Menulis Bahasa Inggris
Bahasa punya punya empat komponen: kosakata, tata bahasa, bunyi dan makna. Belajar bahasa bukan sekedar teknik menterjemahkan kata dan makna. Ini juga terkait soal alih pikiran.

Dewa dari Leuwinanggung
Saya meliput Iwan Fals sejak 1990 ketika dia meluncurkan album Swami. Waktu itu Iwan gelisah dengan rezim Soeharto. Dia membaca selebaran gelap dan buku terlarang. Dia belajar dari W.S. Rendra dan Arief Budiman. Karir Iwan naik terus. Iwan Fals jadi salah satu penyanyi terbesar yang pernah lahir di Pulau Jawa. Lalu anak sulungnya meninggal dunia. Dia terpukul. Bagaimana Iwan Fals bangkit dari kerusuhan jiwa dan menjadi saksi?

Sunday, April 8, 2007

Terminology 'Indonesia'

Indonesia is not necessarily a native idea. The term of Indonesia, is compounded by Indo (Latin word for India or Hindus) and Nesos (Greek word for island).

James Richardson Logan, a jurist born in Scotland, is known as the inventor of the terminology Indonesia when writing The Ethnology of the Indian Archipelago in 1850, which expressed, “The name Indian Archipelago is too long to admit of being used in an adjective or in an ethnographical form. Mr Earl suggests the ethnographical term Indu-nesians but rejects it in favour of Melayu-nesians. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym of Indian Islands or the Indian Archipelago. We thus get Indonesian for Indian Archipelagian or Archipelagic, and Indonesians for Indian Archipelagians or Indian Islanders.”

Multatuli used Insulinde in his book Max Havelar, 1859, compounded by “inseln” means islands and “indie” from Indus or India. There were also Malay Archipelago or Le Grand Archipel Malais or Nusantara Malayu Raya (Nusantara Raya) that extended to use.

But it was Adolf Bastian of University of Berlin who popularized the name of Indonesia through his book Indonesien oder die Inseln des Malayichen Archipels 1884-1894. Bastian was then much more popular worldwide than Logan nor Multatuli.

Well, Indonesia is a Scottish creation and a German socialization!

Thursday, March 15, 2007

Judul Buku Versi Indonesia

Minggu ini, Sapariah dan aku sempat diskusi soal judul buku aku yang versi Indonesia. Bahasa Inggrisnya sudah jelas, From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism. Kata "debunking" itu dapatnya dari sebuah paper Benedict Anderson soal masalah nasionalisme disini. Menurut Anderson, cara memperbaiki kinerja negeri ini adalah mula-mula dengan "debunking" pemahaman soal nasionalisme.

Mark Hanusz dari Equinox usul pakai frasa "Sabang-Merauke" mengingat frasa ini terkenal sekali bahkan dalam kosakata bahasa Inggris. Maka aku pun mengabungkan dua kata itu ke dalam judul buku.

Kini buku versi Indonesia mau pakai judul apa? Sekedar menterjemahkan versi Inggris? Atau memberinya sebuah nama baru yang beda dengan versi Inggrisnya?

Monday, March 12, 2007

Blog Indopahit

This morning, my wife Sapariah and I decided to create this Indopahit blog, after we had just finished our breakfast with ubi goreng and teh tubruk. This blog will only be maintained on the most minimum level until I have finished publishing my book From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism.

In Malay, Indopahit stands for "Indonesia yang pahit" (the bitter Indonesia). You could also refer this name as "Indonesia keturunan Majapahit" (Indonesia, the descendant of the Majapahit). Sapariah and I regularly mocked the usage of this ancient Javanese kingdom to build Indonesia's nationalism. It is a febble argument indeed. Majapahit is totally different from, and much smaller than, the Indonesia that its nationalists like to portray.

So let's wait for the book. This blog is dedicated to the ideas that back up this book.